Selamat Jalan Datuk

Posted on

Selamat jalan datuk, setidaknya itu yang bisa kuucapkan. Kesempatan kali ini saya mencoba menulis dengan suasana yang baru. Saya coba membuat postingan di sebuah cafe di lantai 2 nya. Setidaknya menulis dengan sambil melihat pemandangan alam memberikan kesan positif bagi saya untuk mengupdate blog ini.

Tulisan ini akan saya dedikasikan kepada datuk dari mama saya yang berpulang 1 minggu yang lalu tepatnya hari Sabtu tanggal 1 Desember 2018. Secara fisik beliau memang sudah tua. Kisaran umur beliau saat berpulang sekitaran 86 an keatas. Angka segitu merupakan hitung-hitungan kasar dari papa karena memang tidak ada bukti asli berapa umur datuk. Ya biasa orang dulu yang tinggal di dusun yang tidak terlalu mengurus dengan berkas negara.

Ketika bulan puasa kemarin datuk sempat masuk rumah sakit yang diharuskan beliau di opname selama seminggu. Kebetulan waktu itu saya sudah pulang ke rumah dan sempat melihat datuk. Tapi bukan itu saat terakhir saya melihat beliau. Saat lebaran saya sempat bertemu beliau juga disaat kami mudik lebaran dan itu juga bukan saat terakhir saya bertemu beliau. Di penghujung bulan oktober, sekitaran tanggal 20 an saya sempat pulang kerumah untuk suntik vaksin meningitis sebagai prosedur pergi umroh. Waktu itu datuk dan nenek dari talo juga nenek dari seginim datang ke bengkulu untuk suntik tersebut.

Walaupun saya tidak terlalu lama pulang saat itu tapi ada hal yang membekas saat itu. Sore sebelum besoknya saya berangkat ke padang lagi saya sempat mengobrol dengan datuk hanya berdua saja. Percakapannya lumayan lama, ada 1 jam kalau tidak salah. Kami bercerita apa aja. Beliau sempat berpesan jaga orang tua, kalau saya pergi merantau jauh dan lama siapa yang akan mengurus orang tua dan rumah. Saat itu saya hanya bisa membalas dengan senyuman dan sedikit ucapan bahwa saya tidak akan seperti itu. Saya ingat juga beliau sempat nanya tentang jodoh, ya pertanyaan umum sih kapan mau nikah gitu kan. Saya membalas untuk saat ini saya mau lulus dulu, dapat kerja dan baru nikah, mungkin sekitaran 2 tahun lagi jawab saya saat itu. Oh ya, saat itu saya sempat menunjukkan foto febrina ke beliau. Saya bersyukur sempat mengenalkan dia ke datuk sebelum datuk meninggal.

Sampai saatnya saya mendapat kabar di sabtu siang seminggu yang lalu kalau datuk sudah tiada. Saya hanya terdiam. Saya sedih saya tidak bisa bertemu langsung disaat terakhirnya karena terkait jarak. Datuk dikuburkan di pemakaman dekat rumah di dusun disore hari itu juga.

Semoga datuk ditempatkan di tempat terbaik d sisi-Nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *