Pada tulisan kali ini saya akan menceritakan pengalaman umroh saya ketika mengunjungi kota suci Mekkah dan Madina. Mungkin cerita ini akan sedikit Panjang, tapi cerita ini akan saya kenang sebagai peristiwa yang menakjubkan untuk dikenang.
Bermula dari ide mama yang ingin pergi umroh sekeluarga akhirnya niatan baik tersebut terkabul hingga saat hari keberangkatan kami. Kami berangkat dari Kota Bengkulu pada tanggal 28 Januari 2019. Saat itu perjlananan kami rutenya yaitu dari Bengkulu menuju Jakarta kemudian dilanjutkan dari Jakarta Langsung Ke Madina. Perjalanan udara selama 10 jam dari Jakarta-Madina itu menggunakan maskapai Garuda Indonesia. Dalam rombongan perjalanan umroh ikut juga gubernur Bengkulu sekeluarga serta ketua DPRD Bengkulu.
Setibanya di Madina, kami mengantri di imigrasi seperti perjalanan luar negeri pada umumnya. Ada sedikit hambatan saat memeriksa data biometric nenek talo dan nenek seginim. Sidik jari keduanya sulit untuk dibaca oleh alat pihak imigrasi. Hal itu terjadi mungkin dikarenakan kedua nenekku sudah tua yang mengakibatkan kulit mereka sedikit berbeda. Tapi hal tersebut tidak terlalu menjadi hambatan walaupun sedikit telat. Setelah mendapat stempel imigrasi kami pergi ke luar bandara kemudian naik ke bus yang sudah di persiapkan di bandara.
Hal yang pertama saya kagetkan setibanya keluar dari bandara yaitu hawa dinginnya. Saya kaget madina bisa sedingin ini diluar bayangan saya dimana wilayah arab itu daerahnya panas-panas. Kemudian kami sudah di dalam bus dan bersiap menuju hotel tempat peristirahatan kami. Perjalanan dari bandara menuju hotel kurang lebih sekitar 30 menit kurang. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Hotel tempat kami mengnap tidak terlalu jauh dari masjid nabawi, mungkin sekitar 100m. sangat dekat bagi saya apalagi ditambah keramaian disekitar yang memuat berjalan jauh tidak terasa.
Kami di Madina kalau tidak salah selama 3 hari saja. Saat di madina saya sempat berkeliling masjid nabawi yang sangat besar itu, disana juga terdapat makan rasul dan sahabat umar serta abu bakar. Jika mengunjungi makam rasul dan sahabat disebut dengan raudoh. Di dekat masjid juga terdapat makam para sahabat lainnya juga istri-istri rasulullah. Saya kagum dengan kesederhanaan makan yang hanya teridir dari 1 bongkah batu nisa dan gundukan tanah. Tidak seperti di negara kita yang makamnya di berikan keramik ataupun pondasi. Kami juga berkunjung ke masjid Quba, disana banyak merpati yang hinggap di halaman masjid. Setelah itu juga pergi mengujungi bukit uhud, dimana dulunya tempat berperangnya rasul dan pasukannya dengan kaum kafir.
Makam Rasulullah |
Oh ya walaupun jarak madina dan mekah itu 400km an. Tetapi kita masih dapat meminum air zam-zam di madina. Air zam-zam biasanya terdapat di dalam masjid yang disediakan di dalam galon. Galonnya khusus berwarna krem seperti itu dan selama kami di arab, kami selalu meminum air zam-zam. Caranya setelah sehabis sholat, kami mengisi botol air dengan air zam-zam untuk nantinya diminum saat makan ataupun sekedar haus.
Saat di masjid Quba |
Hari terakhir kami di madina, siangnya kami sudah bersiap untuk berangkat menuju mekkah. Kami mengambil miqot di madina tepatnya di masjid bir ali. Tetapi sedari hotel kami sudah mengenakan pakaian ihrom. Awalnya saya tidak nyaman menggunakannya karena hanya menggunkaan 2 lembar kain tebal yang panjang. Tebal kainnya dapat dikatakan seperti handuk yang membuat tidak tembus pandang. Namun itu hanya awalnya saja. Akhirnya Setelah kurang lebih 5 jam perjalanan sampailah kami di Mekkah.
Pengalaman umroh
Lanjut part 2
Makanan di hotel |
Galon berisi air zam-zam, berada di dalam masjid |