Jalan-Jalan Sore – 2 hari berlalu dari kejadian yang ingin diceritakan. ya, 2 hari yang lalu saya bersama teman pergi menonton film rudy disalah satu bioskop di Padang. sesuatu rencana yang tidak hanya menjadi wacana saja.
Setelah di pos sebelumnya saya pernah bilang sudah menamatkan bukunya Rudy dari Gina S. Noer yang enjadi inspirasi pembuatan filmnya. kini terasa lengkap karena saya sudah selesai menonton filmnya. ya baru kesampaian menonton. padahal ketika di Bengkulu kemarin ada bioskop 21 yang lagi menayangkan film tersebut. tetapi tidak sempat nonton (red: malas nonton sendiri ). dan akhirnya kesampaian juga…
Jadi karena saya sudah pernah membaca bukunya otomatis saya mengingat kisahnya dan menhubungkan apa yang ada dibuku dan yang ada di film. memang sih ada beberapa adegan film yang saya rasa tak sesuai dengan cerita dibuku. mungkin itu sengaja agar filmnya lebih dramatis dan lebih menarik untuk ditonton.contohnya saja seperti ketika rudy memberikan surat ajakan makan mala kepada ayu, yang dapat dilihat dari ekspresinya membuat ayu ke geeran. seingat saya dibuku tidak ada seperti itu. dan bisa saja karakter ayu difilm tersebut dibuat untuk menyeimbangkan cerita karena Rudy pada filmnya menyukai Ilona.
ngomong-ngomong soal Ayu ini, awal-awal sempat bingung tokoh siapa ini di buku. namun ketika ditengah film. ketika saya melihat orang yang terus bersama ayu (sugeng) memanggil ayu dengan panggilan ndoro, baru saya ngeh bahwa itu tokoh yang itu, yang dibuku. saya ingat karena dibukunya Rudy sering mengunjungi tempat tinggal ayu apabila tidak ada makanan (karena dirumah ayu banyak makanan). nah ketika Rudy sampai, dia melihat sugeng duduk dilantai dan seketika saja berbicara “kenapa kamu duduk dilantai?”. pertanyaan itu ternyata membuat canggung ayu dan sugeng. Lalu diluar sugeng berkata bahwa ayu mfempunyai darah kerajaan dan dia darah pelayan kerajaan. walaupun sama-sama kuliah dijerman tetapi dia tetap harus melayani si ayu ini. Nama di novelnya panjang, saya tidak ingat.
Dari segi cerita, film ini layak diacungi jempol karena memang hasilnya sangat memuaskan sekali. ada banyak konflik yang membuat cerita semakin menarik. yang paling sedih menurut saya ketika adegan bapaknya meninggal dalam sujud terakhir. sesuai dengan dibuku bapak beliau meninggal dalam keadaan sholat ketika mengimami keluarganya sholat maghrib. seketika tangis pecah dan membuat semua anggota keluarga histeris.
sayang bukunya saya tinggal di Bengkulu. ada beberapa bagian yang saya lupa yang sebenarnya ingin saya baca kembali. tetapi secara keseluruhan, buku maupun filmnya memang sama-sama bagus sekali. tidak sabar untuk melihat lanjutannya. heheh
oh ya, waktu itu kami menonton jam 18:45. waktu itu kami niat nonton sore tetapi ternyata terlambat. dan loket pembelian tiketnya baru buka kembali jam 5 sore yang mana waktu itu jam 4 sore lewat 20. akhirnya saya menyarankan untuk mencoba pergi ke Musuem Adityawarman dan melihat tugu gempa. dan tenryata musuemnya tutup pukul 16:00. tetapi kami diberikan izin oleh petugas pos untuk berkeliling taman karena buka sampai jam 6 sore. akhirnya kami kesana, melihat pemandangan disekitar sana, ya jalan sore hehhe. dan melihat bangunan musuem yang sedang ditutup. waktu disana saya sempat mecoba mengabadikan beberapa foto tempat disana. Berikut foto hasil hunting jalan sore kami.